Pedas
? Siapakah diantara kalian yang tidak menyukai pedas ? Pastinya banyak orang
yang menyukai makanan pedas bukan? Lalu Apa yang terbersit dalam benak anda
saat mendengar kata pedas ? Pastinya cabe bukan ? Ya, Tak dapat dipungkiri lagi
bahwa tanaman yang satu ini sangat dicintai banyak orang terutama kaum hawa,
terlagi penduduk Indonesia yang kaya akan kulinernya. “Tak nikmat rasanya jika
makan tanpa sambal” itulah salah satu kalimat familiar yang sering diungkapkan
oleh si pecinta pedas.
Cabai (Capsicum
sp.) merupakan salah satu bahan pangan yang mudah ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari. Cabai berasal dari Peru, namun penyebarannya bermula dari Benua
Amerika, kemudian ke Benua Asia, Afrika, Eropa. Tanaman ini merupakan tanaman
semusim yang mudah tumbuh didataran rendah maupun di dataran tinggi. Kebutuhan
akan cabai ini semakin meningkat setiap tahunnya.
Cabai adalah tanaman yang termasuk ke dalam keluarga tanaman Solanaceae.
Tanaman yang berbuah pedas ini digunakan secara luas sebagai bumbu masakan di
seluruh dunia. Spesies tanaman ini yang paling sering digunakan meliputi Capsicum
annum, Capsicum frutescens, Capsicum chinense, capsicum pubescens, dan
Capsicum baccatum (Tarigan dan Wiryanta 2003).
Tetapi, tahukah Anda bahwa cabai yang sering dikonsumsi dapat
dianggap racun oleh tubuh? Kenyataannya cabai dan produk turunannya tidak
dianggap racun oleh masyarakat pada umumnya. Anggapan seperti itu karena
kebanyakan dari kita memiliki pandangan yang sempit tentang racun.
Menurut ahli toksikologi, racun adalah zat yang berbahaya bila
diberikan pada organisme hidup dengan kuantitas (dosis) tertentu. Beda
organisme beda dosis zatnya. Faktor lain yang memengaruhi apakah zat itu dapat
meracuni Anda diantaranya usia, jenis kelamin, kesehatan, dan genetika. Dengan
kata lain, hampir semua zat bisa menjadi racun pada konsentrasi yang tidak
tepat dan diberikan pada keadaan yang tidak tepat, termasuk cabai dan produk
turunannya.
Cabai mengandung senyawa kimia yang dinamakan capsaicin
(8-methyl-N-vanillyl-6-nonenamide). Selain itu, terkandung juga berbagai
senyawa yang mirip dengan capsaicin, yang dinamakan capsaicinoids
(Pitojo 2003). Ketika dimakan, senyawa-senyawa capsaicinoids berikatan
dengan reseptor nyeri dimulut dan kerongkongan sehingga menyebabkan rasa pedas
dan membuat orang ketagihan saat menyantap makanan. Kemudian reseptor ini akan
mengirimkan sinyal ke otak yang mengatakan bahwa sesuatu yang pedas telah
dimakan. Otak merespon sinyal ini dengan menaikkan denyut jantung, meningkatkan
pengeluaran keringat, dan melepaskan hormon endorphin. Capsaicin mengikat
molekul tertentu pada subkelompok neuron dalam sistem sensorik yang disebut
“nociceptor”. Ketika dimakan, senyawa ini kan berikatan dengan reseptor nyeri
di mulut dan kerongkongan sehingga menyebabkan rasa pedas.
Capsaicin juga
menimbulkan tanggapan fisiologis lainnya. Senyawa ini mengiritasi kulit dan
selaput lendir (lapisan kelopak mata, hidung, mulut, alat kelamin), merangsang
respon inflamasi sering ditandai dengan kemerahan dan bengkak, serta
sensasi kehangatan dan rasa sakit.
Jika terhirup, capsaicin merangsang
bronkopulmonalis nociceptive C-serat yang dapat merangsang apnea (penghentian
sementara respirasi), pernapasan dangkal yang cepat, sekresi lendir,
bronkokonstriksi (penyempitan otot polos saluran udara di paru-paru), dan
batuk. Dalam kasus yang paling ekstrim, kematian asphyxia (kekurangan oksigen)
telah terjadi.
Menghirup cabai bubuk dapat menyebabkan batuk, bersin, dan hidung
meler. Menghirup cabai bubuk dapat memblokir saluran udara dan menyebabkan
kematian oleh asphyxia (kekurangan oksigen). Kemampuan cabai bubuk untuk
menghalangi saluran udara menambah semua jenis efek fisiologis. Cabai bubuk
dapat menyebabkan kematian asfiksia baik secara kimia atau fisik atau dengan
melakukan keduanya.
Setelah mengetahui informasi tentang capsaicin pada
cabai, tentunya kita harus membatasi konsumsi cabai secara berlebihan. Ingat,
segala sesuatu yang belebihan memang tidak baik untuk kita. Namun disamping
berbahaya, cabai juga memiliki banyak manfaat untuk tubuh kita karena cabai
mengandung Vitamin C, Saponin, dan Flavonida. Karena ALLAH SWT telah
menciptakan sesuatu untuk diambil manfaatnya J semoga bermanfaat J
Sumber :
bahriah, m. m. (2015, JULI 27). Capsaisin, senyawa
Bioaktif pada Cabai. Retrieved MARET 11, 2016, from MAHARANIBAHRIAH:
http://www.my-kafa.blogspot.com
http://uniqpost.com/61886/ternyata-cabai-punya-zat-yang-bersifat-mematikan/
No comments:
Post a Comment