Kaca
dan seni pembuatan kaca telah diketahui selama berabad-abad. Kaca jendela
bergambar indah dapat dilihat di gereja-gereja yang dibangun pada zaman
pertengahan dan zaman modern: wadah kaca kuno untuk parfum dan minyak dipajang
dibanyak museum. Sekarang, kaca tidak tergantikan dalam hampir semua faset
kehidupan.
Kaca
kapur-soda (soda-lime) ialah bentuk kaca yang paling tua. Material awal dalam
manufakturnya ialah campuran natrium karbonat (soda abu), kalsium karbonat, dan
silikon dioksida. Campuran ini dapat dilebur pada suhu relatif rendah (1300 oC)
dibandingkan dengan titik leleh silika murni (1710 oC), dan mudah
dibentuk menjadi bentuk-bentuk yang diperlukan. Efek ion natrium adalah memutus
kisi kristal pada SiO2; ion kalsium membuat kaca tidak larut dalam
air, sehingga dapat digunakan untuk barang seperti gelas minum dan kaca
jendela. Pada suhu tinggi yang diterapkan, reaksi imia yang terjadi dan
menghasilkan campuran natrium dan kalsium silikat sebagai produk akhir kaca.
Kaca
yang mengandung sedikit Fe2O3 mempunyai warna hijau yang
kentara (botol kaca). Kaca dapat dibuat tidak berwarna dengan memasukkan MnO2
ke dalam proses pembuatan kaca. MnO2 mengoksidasi FeSiO3 hijau
menjadi Fe2(SiO3)3 kuning dan tereduksi
sendiri menjadi Mn2O3 yang memberikan warna violet.
Kuning dan violet adalah warna komplementer sehingga kaca tidak berwana. Jika
diinginkan, warna dapat ditanamkan dengan menggunakan zat tambahan yang sesuai,
seperti CoO untuk kaca biru kobalt. Untuk menghasilkan kaca buram, digunakan
zat tambahan seperti kalsium fosfat. Dalam kristal Bohemia, sebagian besar Na+
diganti oleh K+; kaca dengan kebeningan dan kecerahan tinggi dapat
dibuat dengan memasukkan oksida timbal seperti dalam kristal Waterford.
Untuk lebih
jelasnya, langkah-langkah membuat kaca adalah sebagai berikut.
1. Dapatkan
jumlah yang cukup pasir silika.
Jika ingin
kaca bening, pasir sebaiknya tidak mengandung besi. Namun jika sulit untuk
mendapatkannya, pasir dapat ditambahkan sedikit mangan dioksida.
2. Tambahkan
natrium karbonat dan kalsium oksida ke pasir.
Bahan ini
digunakan untuk menurunkan suhu yang diperlukan untuk membuat kaca dan untuk
menghilangkan air dalam kaca. Kita juga dapat menambahkan oksida magnesium dan
alumunium untuk memberikan efek tahan lama terhadap kaca.
3. Tambahkan
bahan kimia lainnya untuk memperbaiki kaca untuk tujuan yang akan digunakan.
Biasanya,
bahan kimia yang digunakan adalah oksida, yang memberikan kilauan dalam kristal
gelas. Lensa kacamata ditambahkan oksida lanthanum karena sifat biasnya,
sedangkan zat besi membantu kaca menyerap panas.
4. Menambahkan
bahan kimia untuk menghasilkan warna pada kaca.
Senyawa sulfur
dapat membuat kaca berwarna kuning, kecoklatan, bahkan kehitaman. Tembaga
oksida juga dapat digunakan untuk memberikan warna kehijauan.
5. Tempatkan
adonan ke dalam wadah tahan panas.
6. Cairkan
campuran menjadi cairan.
Dalam
mencairkannya dapat dilakukan dengan menggunakan tungku berbahan gas, sedangkan
kacamata khusus dapat dibuat menggunakan melter listrik, tungku pot atau kiln.
7. Menyeragamkan
dan menghilangkan gelembung dari gelas cair.
Ini berarti
mengaduk campuran dengan ketebalan yang sama dan menambahkan bahan kimia
seperti natrium sulfat, natrium klorida atau antimoni oksida.
8. Membentuk kaca
cair.
Kaca cair
dapat dituangkan ke dalam cetakan dan dibiarkan dingin. Kaca cair juga dapat
dituangkan ke dalam bak timah cair.
9. Biarkan kaca
dingin.
10. Mensterilkan
kaca untuk memperkuat.
Proses ini
disebut anneling, dan menghapus semua titik yang terbentuk di kaca selama
pendinginan. Setelah proses ini selesai, kaca kemudian dapat dilapisi,
dilaminasi atau diperlakukan untuk meningkatkan kekuatan dan daya tahan
Sumber:
Anwar, R. (2013, August
17). 10 Tahap Proses Pembuatan Kaca. Retrieved March 14, 2016, from
kaskus.co.id:
http:/m.kaskus.co.id/thread/520ee7018227cf7220000005/10-tahap-proses-pembuatan-kaca/
Petrucci, H. H. (2011).
Kimia Dasar (General Chemistry). Jakarta: Erlangga.
No comments:
Post a Comment