Akrilamida (CH2=CHCONH2) adalah
senyawa kimia berwarna putih, tidak berbau, berbentuk kristal padat yang sangat
mudah larut dalam air dan mudah bereaksi melalui reaksi amida atau ikatan rangkapnya.
Monomernya cepat berpolimerisasi pada titik leburnya atau di bawah sinar
ultraviolet. Akrilamida dalam larutan bersifat stabil pada suhu kamar dan tidak
berpolimerisasi secara spontan. (Harahap,Y, 2006).
Akrilamida
diketahui sebagai penyebab kanker pada hewan dan kemungkinan pada manusia, dan
pada dosis tertentu dapat meracuni sistem syaraf hewan maupun manusia Akrilamida
terbentuk secara alami di dalam makanan yang dimasak atau diolah menggunakan
suhu tinggi, dan meningkat kandungannya dengan semakin lama pemanasan. Sampai
saat ini, kandungan paling tinggi terdapat pada makanan berpati (seperti
kentang, keripik kentang, keripik pisang, pop corn dan produk-produk serealea).
Keripik
pisang ini mengandung jumlah akrilamida yang cukup tinggi. Keripik ini
merupakan salah satu jajanan tradisional masyarakat Indonesia yang sering
dikonsumsi. Pisang merupakan salas satu jenis buah-buahan yang memiliki
karbohidrat tinggi. Kandungan gizi dalam pisang sangat lengkap mulai dari air,
karbohidrat, protein, asam-asam organik, vitamin, dan mineral. Karbohidrat
dalam pisang terutama adalah amilum dan gula-gula alami seperti
fruktosa, sukrosa, dan glukosa. Asam amino
utama dalam pisang yaitu triptofan, yang sangat berperan dalam
metabolisme serotonin dalam sistem hormon manusia (Nurchasanah, 2005; Briawan,
2005). Karena tingginya kandungan karbohidrat (terutama gula pereduksi) dan
asam aminonya, pengolahan pisang pada suhu tinggi (seperti pada keripik pisang)
diduga menghasilkan akrilamida sebagai hasil reaksi samping antara gula
pereduksi dan asam amino.
Akrilamida
merupakan senyawa yang kecil dan sederhana. Senyawa ini dapat terbentuk pada
pemanasan makanan melalui beberapa mekanisme berbeda, yang dapat melibatkan
reaksi dari karbohidrat, protein, asam amino, dan lemak. Beberapa mekanisme
pembentukkan akrilamida dikemukakan seperti:
1.
Pembentukkan melalui akrolein atau
asam akrilat yang dapat dihasilkan dari degradasi lemak, karbohidrat atau asam
amino bebas.
2.
Pembentukkan melalui
dehidrasi/dekarboksilasi beberapa asam-asam organik, seperti asam malat, asam
laktat dan asam sitrat.
3.
Pembentukkan langsung dari
asam-asam amino.
Untuk
menurunkan kandungan akrilamida dalam makanan, maka diperlukan usaha untuk
mencegah terbentuknya senyawa akrilamida. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengolah makanan di bawah suhu 120oC atau proses pemanasan dilakukan
dalam waktu yang singkat. Selain itu, pencegahan terbentuknya akrilamida dapat
dilakukan dengan menurunkan ataupun menghilangkan kandungan asparagin di dalam
bahan baku sebelum diolah. Kandungan asparagin dapat diturunkan dengan cara
enzimatik maupun proses mikrobiologis (fermentasi).
Semoga bermanfaat teman...
References
Saepudin, A. (t.thn.). Akrilamida. Retrieved Maret Jumat,
2016, from Kimia Farmasi:
https://kimiafarmasi.wordpress.com/2010/09/04/akrilamida/#more-120
Semad. (2010, October 26). Akrilamida Pada Pangan Olahan.
Retrieved Maret Jumat, 2016, from Nyoman S Antara:
http://staff.unud.ac.id/~semadiantara/?p=247
Thalip, F. (2009,
Agustus Kamis). Akrilamida, Bahaya Kelezatan. Retrieved Maret Jumat, 2016,
from Kompas: http://health.kompas.com/read/2009/08/13/09063542/akrilamida.bahaya.kelezatan
No comments:
Post a Comment