Bagi Anda yang kerap bersentuhan dengan thermal
paper seperti kertas faksimili atau struk ATM
sebaiknya lebih waspada. Hasil penelitian menunjukkan, sebagian besar thermal
paper yang digunakan mengandung zat kimia yang berpotensi
memicu kanker (karsinogenik) yakni Bisphenol A (BPA). Thermal
paper adalah kertas yang diresapi dengan suatu bahan
kimia yang akan berubah warna bila terkena panas.
Sebuah yayasan konsumen di Taiwan akhir
November lalu melakukan pengujian terhadap beberapa contoh
thermal paper yang digunakan masyarakat. Sampel tersebut di
antaranya diambil dari 7 merek kertas faksimili yang dijual di toko-toko, 20
sampel struk dari ATM, kantor pos, pusat perbelanjaan dan sampel dari
sebuah mal di Taiwan.
Hasilnya menunjukkan, sekitar 60 persen sampel
thermal paper tersebut mengandung BPA. Setidaknya 18 dari 28
sampel yang diuji mengandung zat kimia tersebut dengan kadar antara 10 hingga
50 ppm (parts per million).
Selain dikenal sebagai zat kimia yang dapat mengacaukan hormon, BPA juga
dikaitkan dengan penyakit kanker, obesitas dan pubertas dini.
Badan Perlindungan Lingkungan Hidup Amerika
Serikat (US Environmental Protection Agency) pun pernah menguji kandungan BPA
dalam thermal paper,
khususnya struk ATM. Pengujian menunjukkan, 2,5 mikrogram BPA akan
terpapar dari struk ATM ke tangan manusia jika struk tersebut dipegang
selama sekitar 10 detik. Paparan ini akan meningkat hingga 1,5 kali jika
struk ini diremas-remas oleh tangan.
Negara-negara di dunia sendiri mulai menyadari
akan acaman BPA terhadap kesehatan. Kanada melarang penggunaan BPA dalam botol
susu pada 2008, sedangkan Uni Eropa menentukan batas legal BPA untuk
kontainer plastik sebesar 30 ppb (parts-per-billion).
Otoritas obat dan makanan Amerika Serikat (FDA) sendiri pada tahun 2008 menyatakan bahwa BPA adalah zat yang aman. Tetapi FDA juga mengkhawatiran risiko kesehatan yang ditimbulkan zat berbahan polikarbonat yang banyak dipakai dalam kemasan plastik itu.
Dalam pernyataannya, FDA pernah mengatakan BPA berpotensi membahayakan otak, menyebabkan gangguan perilaku, serta menimbulkan efek serius pada kelenjar prostat janin, bayi dan anak-anak. Untuk itu, FDA akan bekerjasama dengan lembaga riset pemerintah untuk mengetahui dampak senyawa kimia ini pada hewan dan manusia.
Otoritas obat dan makanan Amerika Serikat (FDA) sendiri pada tahun 2008 menyatakan bahwa BPA adalah zat yang aman. Tetapi FDA juga mengkhawatiran risiko kesehatan yang ditimbulkan zat berbahan polikarbonat yang banyak dipakai dalam kemasan plastik itu.
Dalam pernyataannya, FDA pernah mengatakan BPA berpotensi membahayakan otak, menyebabkan gangguan perilaku, serta menimbulkan efek serius pada kelenjar prostat janin, bayi dan anak-anak. Untuk itu, FDA akan bekerjasama dengan lembaga riset pemerintah untuk mengetahui dampak senyawa kimia ini pada hewan dan manusia.
Sumber :
candra, a. (2011, januari 10).
Retrieved maret 20, 2016, from http://kompas.com
No comments:
Post a Comment