Awas Ada Zat
Aditif!!!!!!!!!
Makanan merupakan suatu kebutuhan pokok. Setiap manusia pasti membutuhkan makanan karena tanpa makanan manusia tidak dapat beraktifitas. Dalam makanan mengandung banyak zat-zat gizi misalnya karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dll. Setiap zat gizi tersebut memiliki manfaat bagi tubuh manusia misalnya karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi, penghemat protein, pengatur metabolisme lemak, membantu pengeluaran feses; lemak berfungsi sebagai sumber energi dan daya tahan, memelihara suhu tubuh, penyerapan vitamin, cadangan energi dalam tubuh ; protein berfungsi sebagai pemberi kalori, menjaga keseimbangan asam basa dari cairan tubuh ; vitamin berfungsi sebagai metabolisme energi, pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh.
Namun kenyataannya pada
zaman sekarang banyak terdapat bahan-bahan tambahan yang berbahaya pada
makanan. Hal ini karena kurangnya wawasan pengusaha terhadap keamanan makanan.
Sebagai contoh ada pedagang ikan asin yang menyemprotkan obat pembasmi serangga
pada dagangannya karena mereka berfikir agar ikan asinnya tidak dihinggapi
lalat dan awet. Namun, apabila terlalu lama maka zat beracun obat serangga
tersebut menempel pada ikan asin. Jika dosisnya sedikit secara kasat mata tidak
terlihat atau sulit untuk membedaka. Namun, jika dosisnya besar dapat dilihat
dengan mengetahui dari luarnya yang nampak nyata.
Kemajuan IPTEK
berpengaruh pada bidang industri makanan. Banyak makanan yang diberi bahan
tambahan misalnya pada warna, rasa, aroma, tekstur dan bentuk. Bahan tambahan pada makanan sering disebut
zat aditif makanan. Zat adiktif yang sering kita jumpai :
1.
Bahan atau Zat Pengawet
Bahan
pengawet adalah senyawa kimia asing yang masuk bersama makanan saat dikonsumsi.
Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan makanan dari kerusakan
misalnya fermenatasi, jamur dan sebagainya. Namun, pada zaman sekarang ini
bahan pengawet digunakan untuk memperpanjang masa simpan dan memperbaiki
tekstur. Contoh natrium benzoat,
biasanya digunakan untuk perasa asam ; kalsium propionat (CH3CH2COO)2Ca
dan natrium propionat (CH3CH2COO)2Na digunakan
untuk mencegah jamur pada roti ; asam sorbat (CH3CH2=CHCH=CHCOOH)
dan natrium nitrat NaNO3 digunakan daging olahan, keju.
Zat
pengatur keasaman atau buffer termasuk zat pengawet. Contoh buffer yaitu asam
sitrat, asam asetat, natrium bikarbonat. Bahan pengawet yang tidak aman,
diantaranya natamysin yang biasa
digunakan untuk daging dan keju. Butil
Hidroksi Anisol (BHA) biasanya terdapat pada daging babi, minyak sayur,
keripik kentang, pizza, teh instan. BHA ini dapat menyebabkan penyakit hati dan
memicu kanker. Bahan pengawet yang membahayakan kesehatan yaitu borak dan
formalin.
Borak
adalah bahan pengawet kayu dan antiseptik pengontrol kecoa. Borak digunakan
secara illegal. Biasanya digunakan pada bakso, kerupuk. Digunakan pada baso
agar baso kenyal, renyah dan tahan lama. Digunakan pada kerupuk agar kerupuk
menjadi renyah.
Formalin
adalah bahan kimia yang terdiri dari 37% formaldehid dan 7-15% metanol dalam
air. Biasanya digunakan dalam biologi misalnya digunakan untuk mengawetkan
mayat. Namun, banyak yang menyalah gunakan. Biasanya digunakan untuk
mengawetkan makanan. Penggunaan formalin sebagai pengawet makanan merupakan
tindakan yang illegal. Hal ini memiliki dampak seperti dampak dalam jangka
pendek misalnya iritasi pada saluran
pernafasan, muntah-muntah, pusing dan dampak jangka panjang misalnya kerusakan
hati, jantung, otak, limpa, sistem susunan saraf pusat dan ginjal.
Apakah
kalian tau makanan yang kalian makan itu mengandung formalin atau tidak?? Ada
beberapa ciri yang dapat membedakan makanan yang berformalin atau tidak,
misalnya pada mie basah yang berformalin yaitu tidak rusak sampai dua hari
(suhu kamar = 25OC) atau bertahan lebih dari 15 hari (suhu lemari es
= 10OC), tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie yang
lain. Pada tahu berformalin yaitu tidak rusak sampai tiga hari (suhu kamar = 25OC
), tahu terlampau keras, kenyal namun tidak padat. Ikan berformalin yaitu tidak
rusak sampai tiga hari, warna insang merah tua, dan warna daging putih bersih.
Jika anda ingin mendeteksi makanan itu mengandung formalin atau tidak, bisa
dengan test strip serim atau kertas indikator.
2.
Zat Penyedap
Penyedap
rasa adalah bahan yang dapat menambah atau menguatkan rasa pada makanan.
Penyedap rasa yang sering digunakan adalah MSG (Mono Sodium Glutamate) atau
vetsin. MSG dapat menambahkan
cita rasa. MSG menyebabkan sel reseptor lebih peka sehingga dapat menikmati
rasa dengan lebih baik. Pemakaian MSG tidak boleh lebih dari 5 g per hari atau
orang. MSG menyebabkan penyakit kanker
kemungkinan fatalnya adalah kematian. Hal ini disebabkan sodium (Na) yang ada
dalam MSG mengikuti aliran darah ke otak dan mengendap ke otak. Pengendapan ini
terjadinya penyumbatan sehingga suplai oksigen ke otak berkurang. Bila
pengendapannya makin banyak maka oksigen yang masuk ke otak sedikit dan
mengakibatkan kematian.
Sebenarnya untuk
membuat makanan atau masakan menjadi sedap tidak harus menggunakan bahan
penyedap semacam MSG, tetapi menggunakan daun salam, daun pandan, daun jeruk.
3.
Zat Pemanis
Zat
pemanis adalah bahan yang digunakan agar makanan mempunyai rasa manis atau
lebih manis. Zat pemanis ada yang alami dan ada yang buatan. Zat pemanis alami
dibagi menjadi dua yaitu pemanis nutritif (menghasilkan kalori), berasal dari
tanaman, dari hewan dan dari hasil penguraian karbohidrat. Dan pemanis non
nutritif (tidak menghasilkan kalori), berasal dari tanaman dan dari protein.
Zat pemanis sintesis misalnya sakarin, siklamat, sorbitol. Sakarin dan siklamat
digunakan untuk permen, kembang gula, es krim, makanan ringan, minuman, sirup.
Sorbitol digunakan untuk kismis, jeli. Ada pemanis yang dilarang penggunaannya
adalah dulsin.
Bagi
penderita kencing manis untuk mengganti
gula dapat digunakan pemanis buatan sakarin. Namun penggunaannya 11 mg/kg.
4.
Zat Pewarna
Zat
pewarna adalah bahan yang ditambahkan ke dalam makanan yang bertujuan
memperbaiki atau memberi warna pada makanan sehingga makanan tersebut lebih
menarik. Pemberian warna pada makanan tidak diperbolehkan bila tujuannya untuk
menutupi kekurangan, misalnya makanan yang sudah basi dimasak dan diberi warna
kembali.
Zat
pewarna dibagi menjadi dua macam yaitu zat pewarna alami dan zat pewarna
sintesis. Zat pewarna alami adalah zat yang digunakan untuk pewarna makanan
yang diperoleh dari bahan alam, seperti warna hijau dari daun pandan atau suji,
warna kuning dari kunyit, warna orange dari wortel, warna coklat dari karamel,
dan lain-lain.
Zat
pewarna buatan ada yang dilarang untuk makanan atau minuman dan ada pula yang
diperbolehkan untuk makanan atau minuman. Zat pewarna buatan yang di perbolehkan
untuk makanan misalkan brilliant blue biasanya digunakan untuk es krim, jeli,
saus kalengan; coklat HT biasanya digunakan untuk minuman ringan, makanan cair;
eritrosin biasanya digunakan untuk es krim, udang kalengan; karmoisin biasa
digunakan untuk minuman ringan, makanan cair, yogurt beraroma; tartrazine;
merah alura dan zat pewarna sintesis lainnya yang telah diijinkan untuk makanan
atau minuman menurut PerMenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988. Ada pula zat
sintesis yang dilarang untuk makanan atau minuman misalnya alkanet, auramine,
butter yellow, orchil and orcein, violet 6B, ctrus red no.2, magenta, dal
lain-lain.
Selain
zat aditif yang telah disebutkan diatas ada pula zat aditif lainnya misalnya
zat pengemulsi, zat pemutih dan pematang, zat pengental, zat sequestran atau
pengikat logam, suplemen nutrien atau penambah gizi, zat antikempal, zat peniru rasa. Oleh karena
itu, jika kita memakan atau meminum harus diperhatikan terlebih dahulu. Apakah
makanan atau minuman itu layak untuk kita konsumsi. Karena di zaman sekarang
ini makanan tidak semuanya asli pasti ada tambahan zat-zat lain yang dapat
merusak kesehatan kita jika zat itu melebihi takaran atau dosis yang telah
ditentukan.
Daftar Pustaka
F.G. Winarno. (2002). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia
David Burnie. (2004). 82 Percobaan Alam Selangkah Demi Selangkah. Semarang:
Mandiri Jaya Abadi
No comments:
Post a Comment