Tuesday, March 8, 2016

Awas Ada Zat Aditif !!!!!!



Awas Ada Zat Aditif!!!!!!!!!

Makanan merupakan suatu kebutuhan pokok. Setiap manusia pasti membutuhkan makanan karena tanpa makanan manusia tidak dapat beraktifitas. Dalam makanan mengandung banyak zat-zat gizi misalnya karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dll. Setiap zat gizi tersebut memiliki manfaat bagi tubuh manusia misalnya karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi, penghemat protein, pengatur metabolisme lemak, membantu pengeluaran feses; lemak berfungsi sebagai sumber energi dan daya tahan, memelihara suhu tubuh, penyerapan vitamin, cadangan energi dalam tubuh ; protein berfungsi sebagai pemberi kalori, menjaga keseimbangan asam basa dari cairan tubuh ; vitamin berfungsi sebagai metabolisme energi, pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh.
Namun kenyataannya pada zaman sekarang banyak terdapat bahan-bahan tambahan yang berbahaya pada makanan. Hal ini karena kurangnya wawasan pengusaha terhadap keamanan makanan. Sebagai contoh ada pedagang ikan asin yang menyemprotkan obat pembasmi serangga pada dagangannya karena mereka berfikir agar ikan asinnya tidak dihinggapi lalat dan awet. Namun, apabila terlalu lama maka zat beracun obat serangga tersebut menempel pada ikan asin. Jika dosisnya sedikit secara kasat mata tidak terlihat atau sulit untuk membedaka. Namun, jika dosisnya besar dapat dilihat dengan mengetahui dari luarnya yang nampak nyata.
Kemajuan IPTEK berpengaruh pada bidang industri makanan. Banyak makanan yang diberi bahan tambahan misalnya pada warna, rasa, aroma, tekstur dan bentuk.  Bahan tambahan pada makanan sering disebut zat aditif makanan. Zat adiktif yang sering kita jumpai :

1.      Bahan atau Zat Pengawet

Bahan pengawet adalah senyawa kimia asing yang masuk bersama makanan saat dikonsumsi. Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan makanan dari kerusakan misalnya fermenatasi, jamur dan sebagainya. Namun, pada zaman sekarang ini bahan pengawet digunakan untuk memperpanjang masa simpan dan memperbaiki tekstur.  Contoh natrium benzoat, biasanya digunakan untuk perasa asam ; kalsium propionat (CH3CH2COO)2Ca dan natrium propionat (CH3CH2COO)2Na digunakan untuk mencegah jamur pada roti ; asam sorbat (CH3CH2=CHCH=CHCOOH) dan natrium nitrat NaNO3 digunakan daging olahan, keju.
Zat pengatur keasaman atau buffer termasuk zat pengawet. Contoh buffer yaitu asam sitrat, asam asetat, natrium bikarbonat. Bahan pengawet yang tidak aman, diantaranya natamysin yang biasa digunakan untuk daging dan keju. Butil Hidroksi Anisol (BHA) biasanya terdapat pada daging babi, minyak sayur, keripik kentang, pizza, teh instan. BHA ini dapat menyebabkan penyakit hati dan memicu kanker. Bahan pengawet yang membahayakan kesehatan yaitu borak dan formalin.

Borak adalah bahan pengawet kayu dan antiseptik pengontrol kecoa. Borak digunakan secara illegal. Biasanya digunakan pada bakso, kerupuk. Digunakan pada baso agar baso kenyal, renyah dan tahan lama. Digunakan pada kerupuk agar kerupuk menjadi renyah.
Formalin adalah bahan kimia yang terdiri dari 37% formaldehid dan 7-15% metanol dalam air. Biasanya digunakan dalam biologi misalnya digunakan untuk mengawetkan mayat. Namun, banyak yang menyalah gunakan. Biasanya digunakan untuk mengawetkan makanan. Penggunaan formalin sebagai pengawet makanan merupakan tindakan yang illegal. Hal ini memiliki dampak seperti dampak dalam jangka pendek misalnya  iritasi pada saluran pernafasan, muntah-muntah, pusing dan dampak jangka panjang misalnya kerusakan hati, jantung, otak, limpa, sistem susunan saraf pusat dan ginjal.
Apakah kalian tau makanan yang kalian makan itu mengandung formalin atau tidak?? Ada beberapa ciri yang dapat membedakan makanan yang berformalin atau tidak, misalnya pada mie basah yang berformalin yaitu tidak rusak sampai dua hari (suhu kamar = 25OC) atau bertahan lebih dari 15 hari (suhu lemari es = 10OC), tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie yang lain. Pada tahu berformalin yaitu tidak rusak sampai tiga hari (suhu kamar = 25OC ), tahu terlampau keras, kenyal namun tidak padat. Ikan berformalin yaitu tidak rusak sampai tiga hari, warna insang merah tua, dan warna daging putih bersih. Jika anda ingin mendeteksi makanan itu mengandung formalin atau tidak, bisa dengan test strip serim atau kertas indikator.

2.      Zat Penyedap

Penyedap rasa adalah bahan yang dapat menambah atau menguatkan rasa pada makanan. Penyedap rasa yang sering digunakan adalah MSG (Mono Sodium Glutamate) atau vetsin. MSG dapat menambahkan cita rasa. MSG menyebabkan sel reseptor lebih peka sehingga dapat menikmati rasa dengan lebih baik. Pemakaian MSG tidak boleh lebih dari 5 g per hari atau orang.  MSG menyebabkan penyakit kanker kemungkinan fatalnya adalah kematian. Hal ini disebabkan sodium (Na) yang ada dalam MSG mengikuti aliran darah ke otak dan mengendap ke otak. Pengendapan ini terjadinya penyumbatan sehingga suplai oksigen ke otak berkurang. Bila pengendapannya makin banyak maka oksigen yang masuk ke otak sedikit dan mengakibatkan kematian.
Sebenarnya untuk membuat makanan atau masakan menjadi sedap tidak harus menggunakan bahan penyedap semacam MSG, tetapi menggunakan daun salam, daun pandan, daun jeruk.

3.      Zat Pemanis

Zat pemanis adalah bahan yang digunakan agar makanan mempunyai rasa manis atau lebih manis. Zat pemanis ada yang alami dan ada yang buatan. Zat pemanis alami dibagi menjadi dua yaitu pemanis nutritif (menghasilkan kalori), berasal dari tanaman, dari hewan dan dari hasil penguraian karbohidrat. Dan pemanis non nutritif (tidak menghasilkan kalori), berasal dari tanaman dan dari protein. Zat pemanis sintesis misalnya sakarin, siklamat, sorbitol. Sakarin dan siklamat digunakan untuk permen, kembang gula, es krim, makanan ringan, minuman, sirup. Sorbitol digunakan untuk kismis, jeli. Ada pemanis yang dilarang penggunaannya adalah dulsin.
Bagi penderita kencing manis untuk  mengganti gula dapat digunakan pemanis buatan sakarin. Namun penggunaannya 11 mg/kg.

4.      Zat Pewarna

Zat pewarna adalah bahan yang ditambahkan ke dalam makanan yang bertujuan memperbaiki atau memberi warna pada makanan sehingga makanan tersebut lebih menarik. Pemberian warna pada makanan tidak diperbolehkan bila tujuannya untuk menutupi kekurangan, misalnya makanan yang sudah basi dimasak dan diberi warna kembali.
Zat pewarna dibagi menjadi dua macam yaitu zat pewarna alami dan zat pewarna sintesis. Zat pewarna alami adalah zat yang digunakan untuk pewarna makanan yang diperoleh dari bahan alam, seperti warna hijau dari daun pandan atau suji, warna kuning dari kunyit, warna orange dari wortel, warna coklat dari karamel, dan lain-lain.
Zat pewarna buatan ada yang dilarang untuk makanan atau minuman dan ada pula yang diperbolehkan untuk makanan atau minuman. Zat pewarna buatan yang di perbolehkan untuk makanan misalkan brilliant blue biasanya digunakan untuk es krim, jeli, saus kalengan; coklat HT biasanya digunakan untuk minuman ringan, makanan cair; eritrosin biasanya digunakan untuk es krim, udang kalengan; karmoisin biasa digunakan untuk minuman ringan, makanan cair, yogurt beraroma; tartrazine; merah alura dan zat pewarna sintesis lainnya yang telah diijinkan untuk makanan atau minuman menurut PerMenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988. Ada pula zat sintesis yang dilarang untuk makanan atau minuman misalnya alkanet, auramine, butter yellow, orchil and orcein, violet 6B, ctrus red no.2, magenta, dal lain-lain.
Selain zat aditif yang telah disebutkan diatas ada pula zat aditif lainnya misalnya zat pengemulsi, zat pemutih dan pematang, zat pengental, zat sequestran atau pengikat logam, suplemen nutrien atau penambah gizi,  zat antikempal, zat peniru rasa. Oleh karena itu, jika kita memakan atau meminum harus diperhatikan terlebih dahulu. Apakah makanan atau minuman itu layak untuk kita konsumsi. Karena di zaman sekarang ini makanan tidak semuanya asli pasti ada tambahan zat-zat lain yang dapat merusak kesehatan kita jika zat itu melebihi takaran atau dosis yang telah ditentukan.


 Daftar Pustaka


F.G. Winarno. (2002). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia
David Burnie. (2004). 82 Percobaan Alam Selangkah Demi Selangkah. Semarang: Mandiri Jaya Abadi

No comments:

Post a Comment