Monday, March 21, 2016

Mengerikan! Bahaya es batu bagi kesehatan





Es, memang sudah tak asing lagi dalam kehidupan manusia. Tidak hanya manusia yang berada di kutub saja yang dapat merasakan dinginnya es, manusia yang hidup di daerah tropis bahkan di daerah gurun masih dapat merasakan dinginnya es, hal ini karena sudah adanya kemajuan teknologi mesin pembuat es seperti kulkas, freezer, dan pendingin lainnya. Ketika cuaca panas melanda, terik matahari yang begitu panas membuat setiap orang akan merasakan haus, dan yang terbayang untuk mengatasi rasa haus adalah minuman yang dapat menghilangkan rasa haus seketika. Es biasanya menjadi solusi yang dipilih.
Es balok yang kerap kali dijadikan pedingin minuman berkaleng, minuman botol, dan minuman kemasan lainnya kini sebagai campuran minuman umum digunakan di berbagai warung makan. Padahal es balok yang sering digunakan nampak tidak higienis. Sering kali dipagi hari ditemukan pedagang es balok dengan membawa becak yang berisikan es balok untuk dikirim ke para pelanggannya, es balok tersebut tidak dalam bentuk kemasan melainkan hanya tertutupi oleh terpal, karung atau kain lainnya, padahal bakteri atau virus penyebab penyakit selalu mengancam di tempat yang tidak terlindungi. Secara mata telanjang terlihat kemasan yang tidak higienis, lalu bagai mana dengan kandugan di dalam es balok? Mungkin itu yang menjadi pertanyaan banyak orang. Belakangan ini beberapa stasiun televisi dan media lainnya memuat berita tentang terkuaknya pabrik es balok berbahaya.
Kebanyakan es balok dibuat menggunakan air mentah. Tak jarang airnya berasal dari sungai yang disuling dan ditambahkan bahan kimia sebagai penjernih. Kemudian dimasukan ke dalam pendingin dan jadilah es balok. Kondisi sungai yang digunakan airnya sebagai bahan pembuatan es balok tidak dihiraukan. Padahal kondisi sungai yang ada di Indonesia kemungkinan besar tercemar oleh sampah domestik, pertanian, dan industri. Hal ini menyebabkan harga es balok yang ekonomis dengan harga setiap baloknya Rp. 6.000 – Rp. 7.000.
Menurut catatan Badan Kesehatan dunia (WHO), air limbah domestik yang belum diolah memiliki kandungan virus sebesar 100.000 partikel virus infektif setiap liternya, lebih dari 120 jenis virus patogen yang terkandung dalam air seni dan tinja.  Sebagian besar virus patogen ini tidak memberikan gejala yang jelas sehingga sulit dilacak penyebabnya. Bakteri penghuni usus manusia dan hewan berdarah panas ini telah mengkontaminasi hampir keseluruhan air baku air minum, sungai, sumur. Setelah tinja memasuki badan air, Escherichia coli akan mengkontaminasi perairan, bahkan pada kondis tertentu Escherichia coli dapat mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh dan dapat tinggal di dalam pelvix ginjal dan hati. Sesuai Permenkes Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, dipersyaratkan bahwa angka Escherichia coli dalam air minum adalah Nol per 100 ml air harus dipenuhi.
Air yang dimanfaatkan dalam kehidupan harus memenuhi persyaratan, baik kuantitas dan kualitas yang erat hubungannya dengan kesehatan. Air yang memenuhi persyaratan kuantitas apabila air tersebut mempunyai jumlah yang cukup untuk dipergunakan sebagai air minum dan keperluan rumah tangga lainnya. Menurut Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010, secara garis besar persyaratan kualitas air minum dapat digolongkan dengan empat syarat, yaitu :
1.      Syarat Fisika
Air minum yang dikonsumsi sebaiknya tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna (maksimal 15 TCU), tidak keruh (maksimal 5 NTU), suhu udara maksimal ± 3 ºC dari suhu udara sekitar dan jumlah zat padat terlarut maksimal 500 mg/l.
2.      Syarat Kimia
Air minum yang dikonsumsi tidak mengandung zat-zat kimia organik dan anorganik melebihi standar yang ditetapkan, pH pada batas minimum dan maksimum (6,5-8,5) dan tidak mengandung zat kimia beracun sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
3.      Syarat Mikrobiologi
Air minum yang aman harus terhindar dari kemungkinan kontaminasi Escherichia coli atau koliform tinja dengan standar 0 dalam 100 ml air minum.
4.      Syarat Radioaktif
Air minum yang akan dikonsumsi hendaknya terhindar dari kemungkinan terkontaminasi radiasi radioaktif melebihi batas maksimal yang diperkenankan.
Dalam bukunya Michael (1988) bahwa kontaminasi yang mencemari air digolongkan ke dalam tiga ketegori: kimiawi, fisik, dan hayati. Kontaminan-kontaminan tertentu dalam setiap kategori ini dapat mempunyai pengaruhnya nyata terhadap kualitas air. Karena mempunyai potensi berlaku sebagai pembawa mikroorganisme patogenik, air dapat membahayakan kesehatan dan kehidupan.
Terdapat sebuah penelitian yang dilakukan oleh salah satu stasiun televisi swasta untuk mengetahui kandungan dalam es batu. Tim investigasi dari stasiun televise swasta tersebut mengambil contoh secara random di beberapa penjual yang mencampurkan es balok pada aneka minuman yang mereka jual. Lalu tim tersebut membawanya ke laboratorium untuk mengetes kandungan dari es tersebut. Hasilnya sungguh menakutkan dan mengejutkan setiap orang. Ternyata dalam es itu terkandung bakteri Escherichia coli jauh di atas batas normal (10.000 – 20.000 per 100 mL). Dengan lain kata, es balok ini mengandung bakteri hampir Setara dengan kotoran manusia. Dapat diartikan bahwa air es balok lebih kotor dari pada air toilet (Anonim, 2015).
Echerichia coli merupakan bakteri yang paling tidak dikehendaki kehadirannya di dalam air minum maupun makanan. Hal ini karena bila dalam sumber air ditemukan bakteri Escherichia coli, maka hal ini dapat menjadi indikasi bahwa air tersebut telah mengalami pencemaran oleh tinja manusia atau hewan-hewan berdarah panas.
Escherichia coli atau biasa disingkat E. coli, merupakan salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae, berbentuk batang dan tidak membentuk spora. E. coli ini sesungguhnya merupakan penghuni normal usus, selain berkembang biak di lingkungan sekitar manusia. Kebanyakan E. coli tidak berbahaya, tetapi beberapa seperti E. coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada manusia (Arisman, 2009). Adapun menurut Ruth Melliawati (2009) bahwa E. coli atau Bacterium coli commune adalah sebuah nama bakteri yang diambil dari nama orang yang menemukannya itu Theodor Escherich. Pada tahun 1907 Massini memberi nama E. coli sebagai Bacterium coli mutabile. Pernyataan dalam artikel ini didukung dengan pernyatan yang ada pada buku bahwa E. coli adalah salah satu jenis bakteri yang secara normal hidup dalam saluran pencernaan baik manusia maupun hewan sehat. Nama bakteri ini diambil dari nama seorang Bacteriologist yang barasal dari German yaitu Thedor Von Escherich yang berhasil melakukan isolasi bakteri ini pertama kali pada tahun 1885. Dr. Escherich juga berhasil membuktikan bahwa diare dan gastroenteristis yang terjadi pada infant disebabkan oleh bakteri E. coli (Jawetz, 1995).
Nutris yang dibutukan oleh Escherichia menurut Meiry (2011) dalam table tipe nutrisi, Echerichia termasuk kedalam tipe kemoheterotrof dengan sumber energy untuk pertumbuhan berupa oksidasi senyawa organic, serta sumber karbon senyawa pertumbuhan berupa senyawa organic.
Kelangsungan hidup dan replikasi E. coli di lingkungan membentuk koliform. E. coli tidak tahan terhadap keadaan kering atau desinfektan biasa. Bakteri ini akan mati pada suhu 60°C selama 30 menit. E. coli merupakan bakteri Gram negatif dan tidak berbentuk spora. E. coli bersifat katalase positif, oksidasi negatif, dan fermentatif. E. coli termasuk bakteri mesofilik dengan suhu pertumbuhannya dari 7°C sampai 50°C dan suhu optimum sekitar 37°C (Adams dan Moss, 2008). E. coli dapat tumbuh pada pH 4-9 dengan aktivitas air 0.935. Laju pertumbuhan E. coli yaitu 25 jam/generasi pada suhu 8°C (Forsythe, 2000).

Sifat-sifat virulensi dari E. coli dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
  1. E. coli Enteropatogenik (EPEC) adalah penyebab penting diare pada bayi, khusunya dinegara berkembang. EFEC melekat pada sel mukosa usus kecil. Akibat dari infeksi EFEC adalah diare cair, yang biasanya sembuh sendiri tapi dapat juga menjadi kronik.
  2. E. coli Enterosigenik (ETEC) adalah penyebab yang sering dari diare wisatawan dan sangat penting menyebabkan diare pada bayi di negara berkembang. Faktor kolonisasi ETEC yang spesifik untuk manusia menimbulkan pelekatan ETEC pada sel epitel usus kecil. Beberapa strain ETEC menghasilkan eksoroksin tidak tahan panas (LT) yang berada dibawah kendali genik dari plasmid. LT bersifat antigenik dan beraksi silang dengan hetralisasi dalam serum pada orang yang sebelumnya terinfeki dengan enterosigenik E. coli.
  3. E. coli Enterohemoragic (EHEC) menghasilkan verotoksin. EHEC berhubungan dengan kolitis hemoragik, berbentuk diare yang berat dan dengan sidroma uremia hemolitik suatu penyakit akibat gagal ginjal akut, anemia hemolitik mikroangiopatik dan trombositopenia.
  4. E. coli Enteroinuasif (EIEC) menimbulkan penyakit yang sangat mirip dengan shigelosis. Seperti shigella, stran EIEC bersifat nonlaktosa atau melakukan fermentasi laktosa dengan lambat serta bersifat tidak dapat bergerak. EIFC menimbulkan penyakit melalui invasinya ke sel epitel mukosa usus (Jawetz, 1995).
Adapun keuntungan E. coli menurut Ruth Meliawati (2009) yaitu menghasilkan kolosin, yang dapat melindungi saluran pencernaan dari bakteri usus yang patogenik, dipakai sebagai indicator untuk menguji adanya pencemaran  oleh tinja. Di dalam lingkungan dan kehidupan kita, bakteri E. coli banyak dimanfaatkan diberbagai bidang, baik pertanian, peternakan, kedokteran maupun dikalangan industry. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, E. coli telah banyak diketahui baik sifat morfologi, fisiologi maupun pemetaan DNAnya, sehingga bakteri ini dipakai untuk menyimpan untaian DNA yang dianggap potensial, baik, dari tanaman, hewan maupun mikro orgaisme dan sekaligus untuk pembanyakan. Keberadaan E. coli di samping dapat membantu untuk pengemban ilmu pengetahuan dan juga dimanfaatkan diberbagai bidang ilmu, bakteri E. coli juga dapat membahayakan kesehatan, karena diketahui bahwa bakteri E. coli merupakan bagian dari mikrobiota normal saluran pencernaan dantelah terbukti bahwa galur galur tertentu mampu menyebabkan gastroenteritis taraf sedang sampai parah pada manusia dan hewan. E. coli juga dapat menyebabkan diare akut, yang dapat dikelompok kan menjadi 3 katagori yaitu enteropatogenik (penyebab gasteroenteritis akut pada bayi yangbaru lahir sampai pada yang berumur 2 tahun), enteroinaktif dan enterotoksigenik (penyebab diare pada anak-anak yang lebih besar dan pada orang dewasa). Dilaporkan pula bila E. coli di dalam usus memasuki kandung kemih, maka dapat meneybabkan sintitis yaitu suatu peradangan pada selaput lendir organ tersebut.
Pengontrolan bakteri E. coli ini dapat diketahui dengan ciri-ciri yang diketahui dari genusnya, Michael (1988) dalam buku dasar-dasar mikrobiologi bahwa E. coli dapat melakukan fermentasi lactose dengan menghasilkan asam dan gas, hal ini merupakan kunci di dalam prosedur laboratorium untuk memebentuk potabilitas air (aman atau tidaknya air untuk diminum).
Adapun cara mengurangi kandungan E. coli salah satunya dengan merebus air karena seperti yang telah dijelakan di atas bahwa E. coli termasuk bakteri mesofilik dengan suhu pertumbuhannya dari 7ºC sampai 50ºC dan suhu optimum sekitar 37ºC (Adams dan Moss, 2008), oleh sebab itu masaklah air yang akan digunakan sebagai bahan es balok sampai mendidih.
Lalu bagaimana cara membedakan es yang baik untuk diminum? Pada sebuah situs internet dimuat cara membedakan es batu dari air mentah dan es batu dari air matang (Fitrah, 2012).
Ciri-ciri Es batu yang terbuat dari Air Mentah : 
  1. Perhatikan Warna Es. Es yang dibuat dari air mentah memiliki warna yang putih. Secara ilmiah, air yang bersuhu dingin akan meyebabkan udara terperangkap di dalam air. sehingga ketika air tersebut membeku maka akan tampak gelembung udara tadi menjadi berwarna putih seperti salju.
  2. Jumlah Gelembung Es. Gelembung-gelembung udara akan tampak di dalam es dengan jumlah yan begitu besar.

Ciri – ciri Es batu yang menggunakan Air Masak/Matang : 
  1. Kejernihan Es. Es batu yang menggunakan air masak akan terlihat lebih jernis dan sangat bening. Hal ini dikarenakan udara sudah lepas ketika proses pemasakan air. Es juga akan terlihat jernih tanpa kotoran karena Sebelum dijadikan es, terlebih dahulu air yang sudah dimasak di dinginkan sehingga kotoran-kotoran air akan mengendap seluruhnya.
  2. Gelembung Es. Secara Ilmiah, walaupun saat pendinginan air menjadi es pada suhu 0°C, udara tidak bisa masuk kedalam pembungkus es batu sehingga sangat sedikit gelembung yang terperangkap di dalam es batu. Ini juga membuktikan bahwa kandungan udara di dalam air menjadi berkurang.
Oleh sebab itu kita berhati-hatilah dalam mengkonsumsi minuan dengan yang dicampur es karena tak dapat kita pungkiri bakteri dengan kehidupan ini selalu berdampingan, alangkah baiknya kita meminuma minuman yang kita buat sendiri dengan komposisi nutrisi yang ditentukan. Harga es balok memang ekonomis, namun akan lebih ekonomis jika kita menjaga kesehatan untuk tidak meminum dan memakan, makanan sembarangan. Semoga bermanfaat!


Referensi:
Adams MR, Moss MO. Food Microbiology 3rd Edition. Cambridge: RSC Pub. 2008.
Arisman. Buku Ajar Ilmu Gizi Keracunan Makanan. Jakarta: EGC. 2009.
Fadilah, Meiry. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: UIN-Press. 2011.
Forsythe SJ. The Microbiology of Safe Food. London: Blackwell Science. 2000.
Jawetz, dkk.. Mikrobiologi Kedokteran Ed. 20. Jakarta: EGC. 1995.
Pelczar, Michael. Dasar- Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press. 1988.
Songer, J.G. dan Post, K.W. Veterinary Microbiology: Bacterial and Fungal Agents of Animal Disease, Elsivier Saunders. 2005.
Anonim, Bahaya Es Batu Dalam Kesehatan. 

No comments:

Post a Comment